Serba serbi Makanan Bulan Ramadhan
Serba serbi Makanan Bulan Ramadhan
Shaum merupakan
ibadah wajib bagi setiap muslim. Kewajiban shaum dikenakan terhadap
semua kalangan umat islam. Rukhsoh diberikan pada umat islam yang sakit
parah, bepergian (safar), haidh dan Nifas.
Kewajiban
ibadah ramadhan juga telah dibarengi dengan berbagai ibadah sunnah
lainnya antra lain: shalat tarawih, tilwah Quran, mengakhirkan sahur dan
menyegerakan berbuka.
Berbukalah dengan yang kurang manis
Ibadah
berbuka shaum merupakan salah satu anjuran dari Rasululllah sehingga
selain dapat menjaga kesehatan, juga dapat mendapatkan pahala disisi
Allah karena melaksanakan sunnah Nabi. Dalam sebuah hadits, Rasulullah
menyebutkan beliau berbuka shaum dengan beberapa butir kurma segar
(ratb). Kurma ini bersifat panas dan lembab, memiliki rasa sedikit
manis.
Rasa manis
yang sedikit ini disebabkan karena kandungan gula sederhana (glukosa)
yang dimilki. Hal ini memiliki keuntungan bagi tubuh karena saat shaum,
insulin dalam darah sedang turun. Sehingga ketika tubuh mendapat asupan
makanan dengan kadar gula sederhana tidak terlalu tinggi, tubuh akan
merespon dengan normal dan kadar insulin perlahan naik. Namun beda
kondisinya jika ketika berbuka kita mengonsumsi makanan yang teramat
manis, misalnya manisan, sirop atau sejenisnya. Ketika makanan itu
diserap ke dalam darah maka tubuh akan segera memproduksi insulin dalam
jumlah besar.
Naiknya kadar insulin tubuh ini tentu membuat kerja
kelejar pankreas akan semakin banyak. Banyak energi yang diperlukannya
untuk memproduksi. Otomatis konsentrasi energi tubuh lebih diarahkan
pada pembauatn insulin. Nah, setelah insulin naik, dan banyaknya gula
sudah diatas kebutuhan, maka insulin segera mengubah gula ini menjadi
glikogen yang akan disimpan dalam lemak di bawah kulit. Oleh karena itu
jangan heran jika orang yang sering berbuka shaum dengan makanan manis
mudah mengalami tumpukan lemak terutama di bagian perut dan pinggang.
Jika
ruthab ini tidak ditemui, maka rasulullah menggantinya dengan tamr
(kurma kering). Kurma tamr bersifat panas dan kering. Sama dengan ratb,
kurma ini tetap mengandung sedikit gula sederhana (glukosa). Hanya dari
kelembaban, tamr lebih sedikit dibanding ratb, maka dalam mengonsumsinya
harus dibarengi dengan konsumsi air.
Dan
jika kurma tidak ada, maka Rasulullah mengonsumsi air. Air yang
dimaksud adalah air minum bening yang belum dicampur dengan bahan lain
termasuk teh, gula, susu, kopi, sirop dsb. Air bening memiliki fungsi
untuk menetralkan keasaman lambung juga meminimalisasi gesekan pada
permukaan saluran cerna akibat kosongnya makanan serta gerak
peristaltis. Air juga berfungsi mempersiapkan dan menyalut saluran cerna
agar siap menerima makanan yang lebih “kompleks” berikut menyiapkan
usus untuk menyerap makanan secara optimal. Air juga dapat membuang sisa
toksin yang mungkin tersisa di sepanjang usus. Secara Medis, air
merupakan obat diuretik terbaik yang akan mengeluarkan sisa metabolisme
dari tubuh terutama lewat sistem eksresi urin.
Jika
yang dikonsumsi adalah air yang mengandung campuran
maka proses ini akan kurang bekerja optimal. Misal banyaknya gula pada
sirup atau jus, atau lemak pada susu dapat menjadikan tubuh “shock”
serta menaikan kadar enzim atau insulin dalam waktu cepat. Hal ini sama
saja kejadiannya dengan mengonsumsi makanan manis saat berbuka.
Tidak ada riwayat yang shahih bahwa Rasulullah maupun para sahabat makan makanan yang berlebih pada saat berbuka.
Adakah Makanan Berbuka shaum selain Kurma?
Ada
2 pendapat mengenai hal ini. Pertama dilihat dari segi antropologis.
Bahwa mengonsumsi kurma adalah kebiasaan masyarakat arab waktu itu, dan
kurma adalah satu bahan makanan yang lumrah di masyarakat. Mengonsumsi
kurma berarti mengonsumsi bahan makanan kebiasaan masyarakat bahkan yang
termiskin sekalipun. Olehakeran itu sunnah mengonsumsi kurma dimaknai
sebagai mengonsumsi makanan yang menjadi kebiasaan masyarakat setempat
dan tidak menjadi memberatkan baginya. Jika masyarakat biasa mengonsumsi
kolak, maka itulah yang terbaik. Jika ia hanya mampu mengonsumsi air
teh maka dengan itu ia berbuka. Dan urutan ruthab, tamr dan air
merupakan urutan ekonomis. Artinya tidak ada istilah
menyusahkan/memberatkan dalam hal makanan yang dikonsumsi. Adapun
jenisnya tidak harus kurma tetapi makanan yang menjadi kebiasaan
masyarakat dan tidak memberatkan secara ekonomis.
Pendapat
kedua berpendapat dari sisi sunnah dan gizi. Kurma merupakan pilihan
makanan terbaik untuk dikonsumsi saat sahur/berbuka. Pertimbangannya
adalah karena kurma secara eksplisit disebutkan Rasulullah yang
mencontohkan dan tiada satpun keterangan bahwa makanan lain boleh
dikonsumsi, misalnya taqririyah rosul pada sahabat yang menggunakan
bahan lainnya. Pun dari sisi gizi kurma memang ideal karena dapat
memberikan energi bagi tubuh yang tahan lama serta tidak menimbulkan
efek merugikan, diantaranya dari produksi insulin mapun penumpukan lemak
dalam tubuh.
Dari
pertimbangan tersebut, maka pendapat kedua menyimpulkan urutan sunnah
konsumsi ruthab, tamr dan air merupakan urutan baku yang disunnahkan
karena sumber ketarngan yang ada menyebutkan seperti itu serta kandungan
gizi yang menyebabkan kurma adalah pilihan terbaik. Selain kurma maka
air.
Selain
berbuka, sunnah mengonsumsi kurma atau seteguk air juga disunnahkan
untuk sahur. Dalam hal ini keberkahan sahur juga harus dibarengi dengan
konsumsi makanan yang dapat memberikan energi yang cukup untuk
menjalanai shaum, tidak makan dan minum selama kurang lebih 14 jam.
Kurma dan air merupakan sunnah Rasul yang menjadi pilihan terbaik dari
Allah bagi para shaaimin didukung dengan bukti-bukti ilmiyah tentangnya
seperti yang telah dijelaskan diatas.
Keterangan yang menguatkan
Bersabda
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebaik-baik sahurnya seorang
mukmin adalah korma.” (HR Abu Dawud, Ibnu Hibban, Baihaqi).
Barangsiapa
yang tidak menemukan korma, hendaknya bersungguh-sungguh untuk sahur
walau hanya dengan meneguk satu teguk air, karena fadhilah (keutamaan)
yang disebutkan tadi, dan karena sabda Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Makan sahurlah kalian walau dengan seteguk air.”
Dari
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasa berbuka dengan ruthab (kurma muda) sebelum shalat, jika
tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan kurma, jika tidak ada
kurma, beliau minum dengan satu tegukan air.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu
Khuzaimah).
Tidak ada satu wadah pun yang
diisi oleh Bani Adam, lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah baginya
beberapa suap untuk memperkokoh tulang belakangnya agar dapat tegak.
Apabila tidak dapat dihindari, cukuplah sepertiga untuk makanannya,
sepertiga lagi untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya." (HR
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya yang bersumber
dari Miqdam bin Ma'di Kasib)
Jenis-Jenis Makanan berKarbohidrat
Karbohidrat
kompleks membutuhkan waktu untuk diubah tubuh menjadi energi. Dengan
demikian, makanan diproses pelan-pelan dan tenaga diperoleh sedikit demi
sedikit. Dengan demikian, kita tidak cepat lapar dan energi tersedia
dalam waktu lama, cukup untuk aktivitas sehari penuh. Sebaliknya,
karbohidrat sederhana menyediakan energi sangat cepat, tapi akan cepat
sekali habis sehingga kita mudah lemas. Maka, ketika makan sahur, jangan
makan yang banyak mengandung gula, karena kita akan cepat lemas.
Makanlah karbohidrat kompleks (protein jangan dilupakan!) sehingga kita
tetap berenergi sampai waktu berbuka.
Karbohidrat
sederhana, GI tinggi (energi sangat cepat habis, respon insulin tinggi:
merangsang penimbunan lemak) adalah: sukrosa (gula-gulaan) , makanan
manis-manis, manisan, minuman ringan, jagung manis, sirop, atau apapun
makanan dan minuman yang mengandung banyak gula. Hindari, puasa atau
tidak puasa.
Karbohidrat
sederhana, GI rendah (energi cepat, respon insulin rendah): buah-buahan
yang tidak terlalu manis seperti pisang, apel, pir, dan sebagainya.
Karbohidrat Kompleks, GI tinggi (energi pelan-pelan, tapi respon insulinnya tinggi): Nasi putih, kentang, jagung.
Karbohidrat
Kompleks, GI rendah (energi dilepas pelan-pelan sehingga tahan lama,
respon insulin juga rendah): Gandum, beras merah, umbi-umbian, sayuran.
Ini yang paling dicari para praktisi fitness.
Makanan
yang diproses pelan-pelan (karbohidrat kompleks) akan membuat kita
tidak cepat lapar dan energi dihabiskan cukup untuk aktivitas satu hari
penuh; respon insulin rendah membuat tubuh kita tidak cenderung untuk
menabung lemak.
Untuk Sahur dan berbuka
baiknya mengonsumsi makanan dengan Karbohidrat sederhana (mudah dicerna,
GI rendah) yaitu Kurma, seperti yang disunnahkan Rasulullah SAW.
Kandungan 100 g Kurma :
|
Komentar
Posting Komentar