Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Kapan sebaiknya minum obat ketika sedang puasa?

Kapan minum obat ketika sedang berpuasa? Untuk mendapatkan efek obat yang optimal, obat harus diminum pada waktu yang tepat. Tepat bisa terkait dengan sebelum atau sesudah makan, atau terkait dengan waktu minum obat (pagi, siang, atau malam). Obat adalah suatu senyawa kimia yang memiliki aneka sifat dan efek. Sebagian kecil obat diserap di lambung, dan sebagian besar diserap di usus. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, uniknya ada obat-obat yang penyerapannya terganggu dengan adanya makanan,dan ada juga yang justru terbantu dengan adanya makanan, dan ada yang tidak terpengaruh dengan ada atau tidaknya makanan. Hal ini akan menentukan kapan sebaiknya obat diminum, sebelum atau sesudah makan. Jangan salah, yang dimaksud dengan sebelum makan adalah ketika perut dalam keadaan kosong, sedangkan sesudah makan adalah sesaat sesudah makan, ketika perut masih berisi makanan, jangan lewat dari 2 jam. Jika lebih dari 2 jam setelah makan, makanan sudah diolah dan diserap, kondisinya bisa disa...

Pengertian Thibbun Nabawi

Ada beberapa pengertian mengenai thibbun nabawi yang didefinisikan oleh para ulama, di antaranya, 1.Thibbun nabawi adalah segala sesuatu yang disebutkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah yang Shahih yang berkaitan dengan kedokteran baik berupa pencegahan (penyakit) atau pengobatan. 2.Thibbun nabawi adalah kumpulan petunjuk Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih dalam kedokteran yang yang beliau gunakan untuk berobat atau untuk mengobati orang lain. 3. Definisi thibbun nabawi adalah (metode) pengobatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau ucapkan, beliau tetapkan (akui), beliau amalkan, dan merupakan pengobatan yang pasti (diyakini bisa menyembuhkan) dan bukan sangkaan sematat, bisa mengobati penyakit jasad, ruh, dan alat indera. -Contoh yang beliau ucapkan, tentang keutamaan habatus sauda, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya pada habbatussauda’ terdapat obat untuk segala macam penyakit, kecuali kematian” (Muttafaqun ‘ala...

Ingin Hamil, Bolehkah ke Dukun?

Kisah pasangan suami istri yang telah menikah selama bertahun-tahun namun belum dikaruniai satupun keturunan, bukanlah berita baru dikalangan masyarakat kita. Kisah ini dapat terjadi pada siapa saja; orang kaya maupun miskin, pintar maupun bodoh, terpandang maupun jelata, baik maupun buruk, bahkan tidak sedikit para praktisi kesehatan yang juga mengalami kondisi serupa: belum punya anak. Be rbagai ikhtiar pun telah dilakukan, mulai dari berobat ke dokter spesialis kandungan, menjalani program kehamilan dengan biaya ‘selangit’, safar ke luar negeri demi terapi kesuburan dengan dokter ahli disana, hingga meminum berbagai macam obat, jamu dan ramuan yang dipercaya ataupun diklaim dapat meningkatkan kesuburan dan mempercepat kehamilan. Namun yang sangat disayangkan, tidak jarang pula kita mendengar ulah sebagian orang yang sangat ingin memperoleh keturunan, hingga menghalalkan segala cara, salah satunya adalah dengan mendatangi ‘orang pintar’, paranormal, atau yang jelas-jelas...

DUA PRINSIP PENGOBATAN

Dalam hal pengobatan, Islam memberikan keleluasaan kepada ummatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan telah menurunkan pula obatnya. Obat setiap penyakit itu diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya." (H.R Ahmad, shahih). Hadits ini memberikan satu isyarat berupa anjuran untuk menggali pengetahuan tentang pengobatan, karena tidak semua orang mengetahui pengobatan yang efektif lagi manjur. Sebagaimana hadits ini juga mengisyaratkan bahwa hukum asal suatu pengobatan adalah boleh selama memenuhi dua ketentuan berikut : 1. Halal alias tidak bertentangan dengan syari’at. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  “Sejatinya Allah telah menurunkan penyakit dan juga penawarnya. Dan menjadikan setiap penyakit ada penawarnya, karena itu (bila kalian sakit) berobatlah dan jangan kalian berobat dengan sesuatu yang haram.” (HR. Abu Dawu...

Mencoba Memahami Hijamah Sejak Proses Awal

        Inflamasi atau radang dengan ukuran ringan dan temporal terjadi pada saat hijamah, yang dimulai dengan cupping di kulit dalam jangka waktu yang relatif singkat, yakni sekitar lima menit untuk sekali masa cupping, lalu dilanjutkan dengan cupping berikutnya yang berbarengan dengan pengeluaran darah . Secara makroskopik, radang ini ditandai dengan beberapa hal: ·        Rubor, yakni kulit berwarna merah, terjadi karena jaringan yang meradang menghimpun banyak darah disebabkan dilatasi (pelebaran) kapiler-kapilernya dan bahkan kapiler-kapiler yang tadinya kosong menjadi berisi darah juga, yang tadinya menyempit dengan sedikit darah menjadi melebar mengalami dilatasi dan terisi banyak darah •         Dolor, rasa nyeri mungkin disebabkan pengaruh zat pada ujung saraf perasa yang dilepaskan oleh sel yang cedera. Boleh jadi zat ini histamin. Atau, boleh jadi rasa ny...

TANYA JAWAB SEPUTAR BEKAM/HIJAMAH

Mengapa tubuh memerlukan bekam ? Sampah metabolisme tubuh berupa toksin atau sel darah yang sudah tidak berfungsi adalah penyebab utama terjadinya penyakit, baik ringan ataupun berat, maka sampah metabolisme tersebut haruslah dikeluarkan dari dalam tubuh. Gejala-gejala tubuh memiliki toksin yang tinggi : 1. Mudah mengantuk & mudah letih 2. Sering mengeluh kurang sehat/fit 3. Sembelit (BAB lama/sulit) 4. Cepat marah/emosi/tertekan 5. Sering pusing/sakit kepala 6. Sakit persendian/otot 7. Darah tinggi, gula darah tinggi, asam urat tinggi Samakah bekam dengan donor darah ? Donor darah adalah proses pengeluaran darah yang bertujuan untuk memberikan suplai darah segar untuk diberikan kepada orang yang memerlukan, maka donor darah bukanlah proses detoksifikasi (pembuangan racun) karena darah yang dikeluarkan saat donor darah adalah darah yang sehat dan harus dipastikan terlebih dahulu bahwa pendonor tidak terindikasi mengidap suatu penyakit. Sedangkan bekam ...