Ingin Hamil, Bolehkah ke Dukun?
Kisah pasangan suami istri yang telah
menikah selama bertahun-tahun namun belum dikaruniai
satupun keturunan, bukanlah berita baru dikalangan masyarakat kita. Kisah ini
dapat terjadi pada siapa saja; orang kaya maupun miskin, pintar maupun bodoh,
terpandang maupun jelata, baik maupun buruk, bahkan tidak sedikit para praktisi
kesehatan yang juga mengalami kondisi serupa: belum punya anak.
Berbagai
ikhtiar pun telah dilakukan, mulai dari berobat ke dokter spesialis kandungan,
menjalani program kehamilan dengan biaya ‘selangit’, safar ke luar negeri demi
terapi kesuburan dengan dokter ahli disana, hingga meminum berbagai macam obat,
jamu dan ramuan yang dipercaya ataupun diklaim dapat meningkatkan kesuburan dan
mempercepat kehamilan. Namun yang sangat disayangkan, tidak jarang pula kita
mendengar ulah sebagian orang yang sangat ingin memperoleh keturunan, hingga
menghalalkan segala cara, salah satunya adalah dengan mendatangi ‘orang pintar’,
paranormal, atau yang jelas-jelas melabelkan diri dengan dukun. Ada yang
berhasil memperoleh keturunan setelahnya dengan seizin Allah Ta’ala, ada pula
yang masih ‘gagal’. Terlepas dari hal tersebut, benarkah tindakan mereka yang
menginginkan keturunan dengan menyambangi ‘orang pintar’ tersebut?
Sebuah
Fenomena bernama Kemandulan
Sebelum kita berlanjut,
ada baiknya kita mengetahui mengapa sebagian orang bisa memiliki keturunan
dengan cepat, dan sebagian lainnya tidak. Faktor yang mempengaruhinya pun
sangat kompleks, baik dari pihak suami, istri, maupun keduanya.
Dalam dunia medis,
pasangan suami istri yang telah berhubungan dengan frekuensi yang wajar tanpa
alat proteksi apapun selama setahun namun belum dikaruniai keturunan,
digolongkan mengalami infertilitas primer, atau kemandulan. Kondisi ini memiliki
banyak penyebab, diantaranya adalah:
- Masalah sperma (dialami
35% pasangan). Kualitas sperma yang buruk, atau kurang jumlahnya, adalah salah
satu penyebab utama infertilitas primer.
- Masalah disfungsi indung
telur (20%)
- Masalah pada saluran
telur, seperti jaringan parut atau sumbatan pada tuba fallopii, dan gangguan
pada pelvis (30%)
- Masalah pada lendir
rahim (≤ 5%)
- Masalah endokrin maupun
penyakit berat lainnya, seperti hipertiroid, hipotiroid, kanker, dan lain
sebagainya.
- Masalah yang tidak
teridentifikasi (10%)
Adapun jika si istri telah
pernah hamil, namun keguguran, atau janinnya lahir mati, kemudian setelahnya
belum hamil lagi dalam waktu yang lama, maka kondisi ini tergolong sebagai
infertilitas sekunder. Masalah-masalah tersebut bisa terjadi secara terpisah
ataupun secara bersamaan dalam diri pasangan suami istri, sehingga meski telah
lama berusaha, namun keturunan yang dinanti belum hadir juga.
‘Orang Pintar’ bisa mengobati Kemandulan?
Sebagian orang yang
dianggap ‘pintar’ oleh masyarakat awam, terkadang menimbulkan ‘kehebohan’
dengan keberhasilannya ‘menyembuhkan’ kemandulan pasangan suami istri, meskipun
dengan cara-cara yang tidak dikenal dalam syari’at, seperti jampi-jampi,
ramuan-ramuan, atau ritual dengan syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh
pasiennya. Namun apakah mendatangi dan berobat kepada mereka dituntunkan oleh
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam?
Dalam hadits shahih,
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun dan mempercayai apa yang
dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang
diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (H.R Tirmidzi,
shahih). Disebutkan dalam riwayat lain, “Barangsiapa
mendatangi ‘Arraaf (tukang ramal) dan menanyakan sesuatu kepadanya, tidak akan
diterima sholatnya selama empat puluh hari.” (H.R Muslim).
Juga dalam hadits yang
diriwayatkan Al Bazzar dengan sanad yang jayyid (bagus), Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukan dari golongan kami, orang yang menentukan nasib sial dan
untung berdasarkan tanda-tanda benda, burung, dan lain-lain, yang bertanya dan
yang menyampaikannya, atau yang bertanya kepada dukun dan yang mendukuninya
atau yang menyihir, dan yang meminta sihir untuknya, dan barangsiapa yang
mendatangi kahin (dukun, yang mengaku-ngaku mengetahui perkara yang ghaib,
-red) dan membenarkan apa yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir dari
apa yang telah diturunkan kepada Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam”.
Jika membenarkannya saja telah dianggap kafir menurut syari’at,
maka bagaimanakah lagi jika mempercayainya sepenuhnya yang dikatakannya dalam
berobat, meyakini kemampuannya untuk membantu seseorang agar hamil, memuji, dan
menyebarkan ‘kemampuannya’ itu kepada masyarakat banyak?
Kemandulan adalah takdir
Allah, dan wajib bersabar atasnya
Saudara pembaca yang
dirahmati Allah, ketahuiah bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berasal
dari Allah Ta’ala semata. Anak, rizki, jodoh, dan segala keuntungan dunia maupun
akhirat sejatinya hanyalah pemberian Allah Ta’ala saja. Dan Allah Ta’ala telah
menakdirkan semuanya sejak 50,000 tahun sebelum Ia ‘Azza wa Jalla menciptakan
langit dan bumi. Oleh karena itu, segala sesuatu yang hanya dimiliki dan
diberikan oleh Allah Ta’ala saja, tidak layak untuk diminta dengan cara yang
tidak Ia syariatkan, apalagi diminta dari selain-Nya. Bukankah seseorang yang
tidak memiliki, tidak akan bisa memberi?
Diantara cara-cara yang
tidak dibenarkan dalam mencari perkara-perkara diatas, termasuk didalamnya anak
keturunan, adalah mendatangi dukun, atau mereka yang mengaku-ngaku mengetahui
sesuatu yang ghaib. Perkara mendatangi mereka bukanlah perkara kecil dalam
syari’at, bahkan sebagaimana hadits diatas, dapat menyeret seseorang kepada
kekafiran. Jadi kerugiannya sangat nyata. Bukan saja tidak memperoleh keturunan
yang didambakan, tapi malah dosa besar dan ancaman kekafiran yang menanti.
Para Manusia terbaik pun
dicoba dengan Kemandulan
Telah nyata di dalam Al
Qur’an, juga sirah Nabi kita Muhammad shallallaahu’alaihi wa sallam bahwasanya
ada diantara para Nabi dan istri-istri Rasulullah yang dicoba dengan
kemandulan. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Maryam, mengisahkan doa Nabi
Zakaria ‘alaihissalam (yang artinya), “Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah, dan kepalaku telah
dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepadaMu, ya Tuhanku.
Dan sungguh aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku
seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisiMu.” (Maryam:
4-5)
Demikian juga Nabi Ibrahim
‘alaihissalam dan istri beliau Sarah, yang sekian lama menanti seorang anak,
hingga usia menjelang senja, sebelum Allah Ta’ala anugerahi mereka dengan
keturunan yang shalih, Nabi Ishaq ‘alaihissalam. Allah Ta’ala berfirman dalam
Kitab-Nya (yang artinya), “Dia (Ibrahim) berkata, “Benarkah
kamu member kabar gembira kepadaku, padahal usiaku telah lanjut, lalu (dengan
cara) bagaimana kamu memberi (kabar gembira) tersebut?” (Al Hijr: 54)
Allah Ta’ala juga
berfirman (yang artinya), “Maka dia (Ibrahim) merasa
takut terhadap mereka. Mereka berkata, “Janganlah kamu takut,” dan mereka
memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim
(Ishaq). Kemudian istrinya datang memekik (tercengang) lalu meneuk wajahnya
sendiri seraya berkata, “(Aku ini) seorang perempuan tua yang mandul.” (Az Zariyat:
28-29)
Demikian pula istri-istri
Nabi ‘alaihissholaatu was salaam, selain Khadijah dan budak beliau Mariyah al
Qibthiyyah radhiyallahu ‘anhuma, seluruhnya mengalami masa penantian akan
keturunan. Namun tidak satupun dari mereka mengadukan halnya dan meminta
kecuali kepada Rabb mereka. Maka tidakkah kita mengambil teladan dari
sebaik-baik teladan?
Lalu bagaimana
sebaiknya?
Menempuh upaya untuk
memperoleh keturunan adalah hal yang dibolehkan bahkan dianjurkan dalam syari’at
karena termasuk dalam keumuman berobat. Beberapa hal yang dianjurkan untuk
dilakukan oleh mereka yang ingin memiliki keturunan adalah:
1. Berdoa kepada Allah Ta’ala
semata agar dikaruniai keturunan, dengan memperhatikan adab-adab berdoa,
tempat, serta waktu mustajabnya doa.
2. Memeriksakan kesuburan
suami dan istri bersamaan, dan jika ada penyakit yang mendasari maka ditangani
terlebih dahulu. Pemeriksaan dapat dilakukan kepada dokter ahli dalam masalah
ini, seperti dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
3. Konsumsi makanan
bergizi, menghindari alkohol, dan sebisa mungkin bebas dari zat-zat tambahan
seperti pengawet, pemanis, pemutih, termasuk juga pestisida dalam sayur dan
buah. Termasuk juga mengurangi kafein, yang biasanya terdapat dalam kopi dan
teh.
4. Menjaga berat badan
ideal dengan olahraga rutin dan diet sehat. Diet kaya asam folat dan
sayur-sayuran hijau diklaim membantu meningkatkan kesuburan bagi wanita.
5. Bagi pria, selain
menjaga berat badan ideal, mengelola stress dengan baik, dan istirahat yang
cukup, juga dianjurkan menghindari rokok, alkohol, dan lebih banyak konsumsi
makanan atau suplemen yang mengandung zink dan selenium (banyak terdapat
didalam daging, telur, dan seafood), dan vitamin E, untuk mengoptimalkan
kualitas sperma.
6. Memperhatikan siklus
bulanan, mencari tahu kapan waktu ovulasi bagi wanita, dan mengoptimalkan
berhubungan suami istri pada hari-hari tersebut. Cara mengetahui ovulasi bisa
menggunakan kalender atau kalkulator ovulasi, mengukur suhu basal tubuh di pagi
hari pada beberapa hari menjelang siklus bulanan atau menggunakan alat
pendeteksi hormone LH, hormone yang akan meningkat jumlahnya secara drastis
beberapa saat menjelang. Hubungan suami istri disarankan dilakukan sejak 1-2
hari sebelum ovulasi, hingga 1 hari setelah ovulasi. Atau, untuk meningkatkan peluang
kehamilan, disarankan suami istri berhubungan 2-3 setiap
minggunya.
Dan hendaknya setiap upaya
diiringi dengan kesabaran, berbaik sangka
kepada Allah Ta’ala atas
apapun yang Ia takdirkan, dan menyandarkan hasil akhirnya seluruhnya kepada
Allah Ta’ala.
Semoga Allah Ta’ala
menganugerahkan kepada kita semua keturunan yang menjadi penyejuk mata
orangtuanya. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar